Seputar Indonesia, Rabu 12 September 2007
Hubungan Indonesia-Rusia memasuki babak baru. setelah lama merenggang, hubungan kedua negara kembali membaik dengan adanya kerja sama bilateral yang dijalin dalam berbagai bidang. Kunjungan singkat presiden federasi Rusia Vladimir Putin ke Indonesia menandai kedekatan kembali hubungan kedua negara.
Secara historis, Rusia (dulu Uni Soviet) pernah berhubungan dekat dengan bangsa Indonesia saat Soekarno berkuasa. Rusia menjadi kekuatan di belakang perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Kedekatan kedua negara ini merenggang setelah Orde Baru berkuasa.
Rusia memang tidak sekuat dulu, yang secara terang-terangan mengimbangi kekuatan AS. Tetapi seiring perkembangan, Rusia kini kembali mengambil posisi sebagai negara kuat. Dalam bidang ekonomi, Rusia menjadi raksasa ekonomi ke depana dunia, dengan julah PDB riil USD 1,7 triliun dan pendapatan per kapita USD 12.000 per tahun. Rusia juga didukung oleh jumlah penduduk yang besar, sumber daya manusia yang berkualitas, serta sumber daya alam, khususnya energi yang melimpah.
Sebelumnya, kerja sama RI-Rusia hanya dalam bidang militer. Rusia berperan dalam memasok persenjataan bagi Indonesia. Kerja sama militer Indonesia dengan Rusia sudah berjalan beberapa tahun lalu. Terakhir, pada bulan Desember 2006, RI-Rusia kembali menandatangani perjanjian baru. Indonesia akan membeli persenjataan Rusia senilai USD 1 miliar selama 2007-2010. Namun setelah kunjungan Putin, kersama RI-Rusia bertambah delapan bidang seperti yang disepakati pejabat kedua negara, antara lain bidang keuangan, lingkungan hidup, promosi investasi, pemeriksaan keuangan, terorisme, olahraga, budaya, dan pinjaman pemerintahan.
Indonesia sebagai mitra harus cerdas memetik manfaat dari kerja sama bilateral ini. Seluruh potensi serta sumber daya baik manusia maupun alam mesti dioptimalkan agar pengelolaannya bisa menuai manfaat. Dari segi keunggulan, Rusia memiliki teknologi, sedangkan Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah. Kombinasi keduanya tentu memiliki keuntungan bagi kedua belah pihak. Komitmen Rusia untuk menjadi investor setia, sebagai Jepang dan Korea Selatan, memang baru sekedar harapan. Akan tetap, kewajiban pemerintah Indonesia untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang selama ini menghambat investasi, seperti regulasi tenaga kerja, keamanan, dan hambatan lain.
Rusia juga merupakan salah satu negara tujuan ekspor Indonesia. Data BPS menunjukkan, nilai ekspor Indonesia ke Rusia pada 2006 sebesar USD 100,8 juta, meningkat dari USD 85,7 juta pada tahun sebelumnya. Adapun impor dari Rusia 2006 tercatat USD 61,07 juta atau naik dari USD 57,7 juta pada tahun sebelumnya. Ekspor terbesar Indonesia di antaranya minyak sawit mentah (CPO), teh, margarin, dan tembakau. Sementara Indonesia mengimpor besi dan baja, pupuk kimia, dan bubur kertas. Diharapkan, setelah kerja sama ini, volume perdagangan RI-Rusia bisa meningkat menjadi USD 1 miliar. Dengan demikian, volume perdagangan yang tinggi akan menguntungkan, asalkan ketimpangan neraca perdagangan bisa diatasi. []
Hubungan Indonesia-Rusia memasuki babak baru. setelah lama merenggang, hubungan kedua negara kembali membaik dengan adanya kerja sama bilateral yang dijalin dalam berbagai bidang. Kunjungan singkat presiden federasi Rusia Vladimir Putin ke Indonesia menandai kedekatan kembali hubungan kedua negara.
Secara historis, Rusia (dulu Uni Soviet) pernah berhubungan dekat dengan bangsa Indonesia saat Soekarno berkuasa. Rusia menjadi kekuatan di belakang perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Kedekatan kedua negara ini merenggang setelah Orde Baru berkuasa.
Rusia memang tidak sekuat dulu, yang secara terang-terangan mengimbangi kekuatan AS. Tetapi seiring perkembangan, Rusia kini kembali mengambil posisi sebagai negara kuat. Dalam bidang ekonomi, Rusia menjadi raksasa ekonomi ke depana dunia, dengan julah PDB riil USD 1,7 triliun dan pendapatan per kapita USD 12.000 per tahun. Rusia juga didukung oleh jumlah penduduk yang besar, sumber daya manusia yang berkualitas, serta sumber daya alam, khususnya energi yang melimpah.
Sebelumnya, kerja sama RI-Rusia hanya dalam bidang militer. Rusia berperan dalam memasok persenjataan bagi Indonesia. Kerja sama militer Indonesia dengan Rusia sudah berjalan beberapa tahun lalu. Terakhir, pada bulan Desember 2006, RI-Rusia kembali menandatangani perjanjian baru. Indonesia akan membeli persenjataan Rusia senilai USD 1 miliar selama 2007-2010. Namun setelah kunjungan Putin, kersama RI-Rusia bertambah delapan bidang seperti yang disepakati pejabat kedua negara, antara lain bidang keuangan, lingkungan hidup, promosi investasi, pemeriksaan keuangan, terorisme, olahraga, budaya, dan pinjaman pemerintahan.
Indonesia sebagai mitra harus cerdas memetik manfaat dari kerja sama bilateral ini. Seluruh potensi serta sumber daya baik manusia maupun alam mesti dioptimalkan agar pengelolaannya bisa menuai manfaat. Dari segi keunggulan, Rusia memiliki teknologi, sedangkan Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah. Kombinasi keduanya tentu memiliki keuntungan bagi kedua belah pihak. Komitmen Rusia untuk menjadi investor setia, sebagai Jepang dan Korea Selatan, memang baru sekedar harapan. Akan tetap, kewajiban pemerintah Indonesia untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang selama ini menghambat investasi, seperti regulasi tenaga kerja, keamanan, dan hambatan lain.
Rusia juga merupakan salah satu negara tujuan ekspor Indonesia. Data BPS menunjukkan, nilai ekspor Indonesia ke Rusia pada 2006 sebesar USD 100,8 juta, meningkat dari USD 85,7 juta pada tahun sebelumnya. Adapun impor dari Rusia 2006 tercatat USD 61,07 juta atau naik dari USD 57,7 juta pada tahun sebelumnya. Ekspor terbesar Indonesia di antaranya minyak sawit mentah (CPO), teh, margarin, dan tembakau. Sementara Indonesia mengimpor besi dan baja, pupuk kimia, dan bubur kertas. Diharapkan, setelah kerja sama ini, volume perdagangan RI-Rusia bisa meningkat menjadi USD 1 miliar. Dengan demikian, volume perdagangan yang tinggi akan menguntungkan, asalkan ketimpangan neraca perdagangan bisa diatasi. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar