Seputar Indonesia, 11 Januari 2010
Kondisi ekonomi pada 2010 diperkirakan lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Perkiraan ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah pulihnya ekonomi global dari hantaman krisis. Namun mampukah Indonesia memanfaatkan peluang pemulihan ekonomi global untuk meningkatkan aktivitas ekonomi domestik?
Tahun 2009 dapat dianggap sebagai titik klimaks dampak krisis global terhadap ekonomi domestik. Hal ini tercermin pada indikator makroekonomi, terutama pertumbuhan ekonomi. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2009 mencapai 4,3%, dimana angka ini lebih rendah dibanding 2008 dan 2007, berturut-turut 6,1% dan 6,3%. Namun pemerintah menargetkan pertumbuhan sebesar 5,5% pada 2010. Ini berarti, ekonomi domestik berpeluang besar kembali bergeliat, setidaknya sama dengan kondisi pra krisis.
Berkaca pada kondisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi global memiliki pengaruh besar terhadap ekonomi domestik, yang bertransmisi melalui jalur perdagangan dan jalur finansial. Di jalur finansial, dampak krisis global mewujud pada terjadinya penarikan dana oleh investor asing yang memiliki kesulitan likuiditas, serta makin terhambatnya pembiayaan ekonomi oleh institusi finansial. Sementara di jalur perdagangan, dampak krisis mewujud pada lemahnya arus perdagangan barang dan jasa, sehingga berpengaruh pada melemahnya sektor riil. Berdasarkan data Bank Dunia, selama Juli 2008 – Februari 2009, nilai ekspor turun sebesar 43%. Namun sumbangan ekspor bersih pada Produk Domestik Bruto (PDB) tetap positif, sebab pada saat yang sama, nilai impor turun sebesar 56%.
Secara umum, pemulihan ekonomi global akan berdampak positif bagi ekonomi domestik. Dampak ini juga bertransmisi melalui jalur finansial dan jalur perdagangan. Di jalur finansial, dampak pemulihan ekonomi global mewujud pada meningkatnya arus modal masuk ke sektor keuangan domestik, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Peningkatan arus modal masuk ini disebabkan oleh melemahnya nilai tukar dolar AS dan rendahnya suku bunga AS. Karena itu, para investor mencari alternatif investasi yang lebih menguntungkan, salah satunya di pasar keuangan Indonesia. Memang dana jangka pendek perlu diperhatikan oleh otoritas moneter sebab bisa keluar masuk secara cepat, sehingga mempengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah. Berbeda dengan dana jangka panjang, dimana dana ini dapat menjadi sumber pembiayaan bagi sektor usaha dan pemerintah melalui pasar uang atau pasar modal. Dana ini dapat menjadi salah satu stimulus untuk menggerakkan perekonomian, melalui belanja pemerintah dan investasi swasta.
Sementara itu, transmisi di jalur perdagangan terlihat pada meningkatnya arus perdagangan. Pemulihan ekonomi global ditandai dengan pulihnya harga dan volume komoditas ekspor. Pada saat krisis, nilai ekspor turun drastis karena adanya penurunan harga. Namun saat ekonomi sudah pulih, harga komoditas kembali meningkat, sehingga para eksportir dapat menikmati keuntungan yang lebih. Selain itu, menggeliatnya perekonomian global dapat meningkatkan kembali permintaan terhadap produk ekspor Indonesia. Berdasarkan data Bank Dunia, selama Februari 2009 – Agustus 2009, nilai ekspor kembali meningkat sebesar 48%. Peningkatan ini masih bisa terjadi bila ekonomi global sudah benar-benar pulih.
Memang tidak bisa dimungkiri, kondisi ekonomi global berpengaruh pada ekonomi domestik. Perbedaan pengaruh antara satu negara dengan negara lain hanya terletak pada derajat pengaruhnya. Dapat dianggap, memburuknya ekonomi global hanya berpengaruh kecil terhadap ekonomi domestik. Sebaliknya, bila kondisi ekonomi global sudah pulih, tentu setiap negara bisa mendulang manfaat dari keadaan tersebut. Karena itu, yang perlu dilakukan setelah ekonomi global pulih adalah mendulang manfaat sebesar-besarnya, baik melalui jalur perdagangan maupun jalur finansial. Pemanfaatan peluang ini dapat menjadi salah satu sarana untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi domestik. []
Kondisi ekonomi pada 2010 diperkirakan lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Perkiraan ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah pulihnya ekonomi global dari hantaman krisis. Namun mampukah Indonesia memanfaatkan peluang pemulihan ekonomi global untuk meningkatkan aktivitas ekonomi domestik?
Tahun 2009 dapat dianggap sebagai titik klimaks dampak krisis global terhadap ekonomi domestik. Hal ini tercermin pada indikator makroekonomi, terutama pertumbuhan ekonomi. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2009 mencapai 4,3%, dimana angka ini lebih rendah dibanding 2008 dan 2007, berturut-turut 6,1% dan 6,3%. Namun pemerintah menargetkan pertumbuhan sebesar 5,5% pada 2010. Ini berarti, ekonomi domestik berpeluang besar kembali bergeliat, setidaknya sama dengan kondisi pra krisis.
Berkaca pada kondisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi global memiliki pengaruh besar terhadap ekonomi domestik, yang bertransmisi melalui jalur perdagangan dan jalur finansial. Di jalur finansial, dampak krisis global mewujud pada terjadinya penarikan dana oleh investor asing yang memiliki kesulitan likuiditas, serta makin terhambatnya pembiayaan ekonomi oleh institusi finansial. Sementara di jalur perdagangan, dampak krisis mewujud pada lemahnya arus perdagangan barang dan jasa, sehingga berpengaruh pada melemahnya sektor riil. Berdasarkan data Bank Dunia, selama Juli 2008 – Februari 2009, nilai ekspor turun sebesar 43%. Namun sumbangan ekspor bersih pada Produk Domestik Bruto (PDB) tetap positif, sebab pada saat yang sama, nilai impor turun sebesar 56%.
Secara umum, pemulihan ekonomi global akan berdampak positif bagi ekonomi domestik. Dampak ini juga bertransmisi melalui jalur finansial dan jalur perdagangan. Di jalur finansial, dampak pemulihan ekonomi global mewujud pada meningkatnya arus modal masuk ke sektor keuangan domestik, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Peningkatan arus modal masuk ini disebabkan oleh melemahnya nilai tukar dolar AS dan rendahnya suku bunga AS. Karena itu, para investor mencari alternatif investasi yang lebih menguntungkan, salah satunya di pasar keuangan Indonesia. Memang dana jangka pendek perlu diperhatikan oleh otoritas moneter sebab bisa keluar masuk secara cepat, sehingga mempengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah. Berbeda dengan dana jangka panjang, dimana dana ini dapat menjadi sumber pembiayaan bagi sektor usaha dan pemerintah melalui pasar uang atau pasar modal. Dana ini dapat menjadi salah satu stimulus untuk menggerakkan perekonomian, melalui belanja pemerintah dan investasi swasta.
Sementara itu, transmisi di jalur perdagangan terlihat pada meningkatnya arus perdagangan. Pemulihan ekonomi global ditandai dengan pulihnya harga dan volume komoditas ekspor. Pada saat krisis, nilai ekspor turun drastis karena adanya penurunan harga. Namun saat ekonomi sudah pulih, harga komoditas kembali meningkat, sehingga para eksportir dapat menikmati keuntungan yang lebih. Selain itu, menggeliatnya perekonomian global dapat meningkatkan kembali permintaan terhadap produk ekspor Indonesia. Berdasarkan data Bank Dunia, selama Februari 2009 – Agustus 2009, nilai ekspor kembali meningkat sebesar 48%. Peningkatan ini masih bisa terjadi bila ekonomi global sudah benar-benar pulih.
Memang tidak bisa dimungkiri, kondisi ekonomi global berpengaruh pada ekonomi domestik. Perbedaan pengaruh antara satu negara dengan negara lain hanya terletak pada derajat pengaruhnya. Dapat dianggap, memburuknya ekonomi global hanya berpengaruh kecil terhadap ekonomi domestik. Sebaliknya, bila kondisi ekonomi global sudah pulih, tentu setiap negara bisa mendulang manfaat dari keadaan tersebut. Karena itu, yang perlu dilakukan setelah ekonomi global pulih adalah mendulang manfaat sebesar-besarnya, baik melalui jalur perdagangan maupun jalur finansial. Pemanfaatan peluang ini dapat menjadi salah satu sarana untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi domestik. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar