05 Mei, 2009

Meminimalisasi PHK

Dimuat di Harian Jogja, Selasa 5 Mei 2009

Hampir setiap dari kita setuju, krisis finansial global telah menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian Indonesia, terutama meningkatnya angka pengangguran. BPS memperkirakan pada 2009 akan terjadi penambahan pengangguran sekitar 300 ribu orang.

Seiring terjadinya krisis, ada beberapa faktor yang sepertinya menghambat pemulihan ekonomi, atau bahkan justru memperdalam krisis. Pertama, setiap tahun angkatan kerja yang masuk ke pasar tenaga kerja bertambah. Data BPS menunjukkan pertambahan angkatan kerja antara Agustus 2007 sampai Agustus 2008 sebesar 2,01 juta orang, di mana pada 2007 sebesar 109,94 juta orang dan 2008 sebesar 111,95 juta orang. Sampai Agustus 2008, BPS memang masih mencatat penurunan angka pengangguran dari 9,11 persen atau 10,01 juta orang pada 2007 menjadi 8,39 persen atau 9,39 juta orang pada 2008. Ini terjadi karena perekonomian Indonesia belum memperoleh dampak signifikan dari krisis yang bermula di Amerika Serikat ini. Masalahnya menjadi buruk ketika tambahan angkatan kerja tidak bisa diserap pertambahan skala produksi atau pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, akan terjadi peningkatan tingkat pengangguran karena angkatan kerja tidak terserap oleh kesempatan kerja yang tercipta. Berkurangnya kesempatan kerja ini diakibatkan oleh penurunan permintaan produk-produk yang dihasilkan di Indonesia, terutama dari luar negeri. Sehingga “wajar” bila perusahaan mengurangi skala produksi, dan berujung pada maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Kedua, kegemaran konsumen domestik terhadap produk luar negeri yang notabene memiliki substitusi di dalam negeri juga menjadi salah satu faktor tidak bergairahnya produsen dalam negeri. Kita akui, produk-produk dari luar sedang menyerbu pasar-pasar domestik. Tak ayal, para konsumen pun makin terbuai dengan berbagai jenis produk yang ditawarkan dengan harga dan kualitas yang kompetitif dengan produk dalam negeri. Kondisi ini pula yang mengakibatkan produsen dalam negeri kurang bergairah dalam berproduksi. Pasalnya, bila konsumsi produk berkurang, jelas-jelas produsen akan mengurangi produksi. Bila produksi berkurang, jalan keluarnya adalah mengurangi tenaga kerja. Sebab bila tenaga kerja terus dipertahankan dalam kuantitas tertentu, perusahaan akan bangkrut dan bisa jadi seluruh karyawannya akan di PHK.

Beberapa masalah inilah yang mengakibatkan merebaknya PHK di Indonesia. Tentunya setiap pihak perlu mencari solusi agar gelombang PHK bisa diminimalkan. Untuk meminimalkan PHK, terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan. Pertama, sudah saatnya mengurangi penawaran tenaga kerja di pasar tenaga kerja. Dengan kata lain, angkatan kerja harus memilih bekerja di bidang kewirausahaan. Perubahan pola pikir ini terutama harus dilakukan mahasiswa yang biasanya meramaikan pasar tenaga kerja, sehingga angka pengangguran bisa berkurang dan pertambahan tenaga kerja yang memasuki pasar tenaga kerja tidak berlebih.

Kedua, menggemari produk dalam negeri adalah sebuah keniscayaan. Teori ekonomi menyatakan, permintaan akan menciptakan penawarannya sendiri. Dengan demikian, bila konsumen dalam negeri lebih memilih mengonsumsi produk dalam negeri, niscaya produsen dalam negeri akan bergairah untuk meningkatkan produksi. Bila produksi meningkat, produsen akan membutuhkan lebih banyak lagi tenaga kerja, sehingga permintaan tenaga kerja perusahaan meningkat. Bila ini terjadi dalam skala masif, perilaku konsumen domestik yang lebih memilih produk dalam negeri, bisa berimplikasi pada menurunnya angka pengangguran di dalam negeri. Nah, tunggu apa lagi, sebelum PHK makin bertambah, ada baiknya kita mulai bertindak untuk memimalisir terjadinya PHK. []


Sumber: http://www.harianjogja.com/web2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar