26 Juni, 2009

Mengenal Ekonomi Boediono

Dimuat di Koran Jakarta, Kamis 25 Juni 2009

Judul: Ekonomi Indonesia, Mau ke Mana?: Kumpulan Esai Ekonomi
Penulis: Boediono
Penerbit: KPG dan Freedom Institute
Waktu: Juni, 2009
Tebal: 149 + xvi halm


Keahliannya dalam disiplin ilmu ekonomi, tentu tidak diragukan lagi. Boediono dikenal sebagai ekonom bertangan dingin. Di tangannya, berbagai masalah-masalah ekonomi yang cukup berat dapat diselesaikan. Keterlibatan beliau di pemerintahan diawali di zaman pemerintahan BJ Habibie, sebagai Kepala Bappenas. Lalu, berturut-turut menjabat sebagai Menteri Keuangan di zaman Megawati, Menteri Koordinator Perekonomian di zaman SBY. Terakhir, beliau menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia, suatu jabatan yang tergolong prestisius bagi kalangan ekonom.

Lulusan Ph.D dari Wharton School, Universitas Pennsylvania AS ini kini menarik perhatian publik. Tokoh yang awalnya tidak bergiat dalam politik praktis ini ternyata mampu menjadi kandidat pada jabatan yang hanya bisa diisi oleh tokoh yang berasal dari partai politik. Kesediaannya mendampingi calon presiden SBY dalam pemilihan presiden 8 Juli mendatang, tentu menjadi tantangan berat. Pasalnya bila terpilih, rintangan yang menghadang jauh lebih besar ketimbang rintangan yang terdapat pada jabatan-jabatan yang dipegang sebelumnya. Bahkan sebelum menjabat pun, tantangan itu sudah menghampiri. Boediono dianggap sebagai antek asing dan penganut neoliberalisme. Berbagai kalangan menilai, anggapan tersebut lebih bersifat politis, karena lebih ditujukan untuk menyebarkan kejelekan Boediono di mata rakyat.

Namun Boediono tidak tinggal diam. Beliau berusaha keras melawan argumen-argumen yang menyatakan bahwa dia antek asing ataupun penganut neoliberalisme. Kehadiran buku ini, kemungkinan dimaksudkan sebagai bantahan terhadap pihak-pihak yang selama ini berpikiran buruk tersebut. Buku ini berisi kumpulan tulisan beliau yang ditulis pada rentang waktu 1981 sampai 2008. Buku ini berisi 10 tulisan, di antaranya adalah teks pidato pengukuhan guru besar, sambutan-sambutan pada Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), dan beberapa tulisan yang diambil dari buku-buku yang terbit sebelumnya.

Sosok Boediono, pada awalnya dikenal sebagai akademisi yang produktif menulis, tulisan-tulisannya terutama banyak dimuat di Jurnal Prisma, sebuah jurnal ilmiah yang tergolong prestisius di zamannya. Saat itu, beliau masih berstatus sebagai akademisi murni. Namun setelah berkarir di pemerintahan, beliau jarang lagi menulis di media. Adapun dalam bidang ilmiah, beliau memang banyak menulis buku, terutama buku pengantar ekonomi yang meliputi ekonomi mikro, ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi, ekonomi moneter, dan lain-lain.

Boleh dibilang, buku ini merupakan rangkuman pemikiran-pemikiran Boediono dalam bidang perekonomian, meski memang belum komprehensif. Buku ini diberi judul “Ekonomi Indonesia, Mau ke Mana?”. Judul buku ini diambil dari salah satu judul tulisan beliau yang dimuat di Kompas pada 11 Juli 20005. Dalam tulisan ini, Boediono mengatakan bahwa terdapat dua hal pokok yang harus diciptakan bila ingin mencapai kesejahteraan rakyat, yaitu stabilitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Untuk mencapai stabilitas ekonomi, dua hal pokok yang harus dilakukan yakni kebijakan fiskal moneter yang berhati-hati diteruskan dan penyehatan sektor keuangan dituntaskan. Sementara itu, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dua hal pokok yang harus dipenuhi adalah pembangunan infrastruktur dan perbaikan iklim investasi.

Tulisan lainnya menyoroti tentang ekonomi Pancasila, yang diambil dari salah satu tulisannya dalam buku berjudul Ekonomi Pancasila. Tepatlah bila terdapat tulisan tentang ekonomi Pancasila di buku ini, yang mungkin bisa menjadi salah satu bantahan terhadap argumen yang mengaitkan Boediono sebagai penganut Neoliberalisme. Dalam tulisan ini, dia mengangkat topik tentang “Pengendalian Ekonomi Makro dalam Ekonomi Pancasila”. Masalah ekonomi makro yang dibahas adalah pengangguran, inflasi, dan ketimpangan neraca pembayaran. Boediono berkesimpulan bahwa bila Ekonomi Pancasila tercapai, masalah-masalah ekonomi makro jangka pendek tersebut relatif lebih mudah dikendalikan. Dalam hal ini, Boediono secara implisit menyatakan dukungan terhadap sistem ekonomi Pancasila.

Kehadiran buku ini, meski lebih bersifat politis, setidaknya bisa memberikan pemahaman terhadap publik mengenai salah satu calon pemimpin bangsa. Karena itu, buku ini patut dibaca oleh semua kalangan, terlebih pula karena ditulis dengan bahasa yang ringan, sehingga dapat dibaca oleh yang awam ekonomi sekali pun. []

22 Juni, 2009

Adu Kritik yang Konstruktif

Seputar Indonesia, Sabtu 20 Juni 2009

Masa kampanye presiden telah berlangsung. Pada masa ini, masing-masing kandidat dan timnya mengeluarkan kekuatan terbaiknya guna mencapai tujuan, yaitu memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan presiden 8 Juli nanti.

Terdapat sejumlah hal yang mewarnai pemilihan menuju kursi presiden dan wakil presiden ini. Pertama, para kandidat menyampaikan visi dan misi melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Meski mengeluarkan dana yang tidak sedikit, langkah ini dilakukan guna memperkenalkan visi dan misi tersebut kepada rakyat yang berpotensi memilihnya. Kedua, masa ini ditandai dengan sikap para kandidat yang mengunggulkan diri dibandingkan kandidat lain. Tentu hal ini wajar dalam berpolitik, guna mengesankan dirinya lebih baik dibanding kandidat lain di mata rakyat. Ketiga, masa ini ditandai pula dengan saling kritik antar kandidat. Kelemahan seorang kandidat merupakan titik tolak munculnya saling kritik ini. Namun, menjadi parah bila mengarah pada personalitas kandidat. Bila ini terjadi, persaingan sudah tidak sehat lagi.

Padahal bila dicermati, para kandidat capres diisi oleh putra – putri terbaik bangsa. Mereka adalah tokoh-tokoh yang sangat dihargai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, meski tak luput dari kelemahan. Soesilo Bambang Yudyonono adalah presiden RI ke 6, sementara Jusuf Kalla masih menjadi wakil presiden sampai saat ini. Adapun Megawati juga merupakan orang yang dihormati karena pernah menempati posisi sebagai presiden RI. Melihat pengalaman dalam pemerintahan, tentu tidak diragukan lagi kapabilitas dan komitmen mereka dalam melanjutkan kepemimpinan dan pembangunan bangsa ini sampai tahun 2014. Hanya saja, tetap akan dipilih kandidat yang terbaik, yang merupakan pilihan rakyat Indonesia.

Agar rakyat bisa menentukan pilihan dengan baik dan benar, tentu diperlukan perbandingan antar kandidat, sehingga dapat muncul keputusan objektif dari rakyat dalam menentukan pilihan terbaiknya. Karena itu, kapabilitas dan komitmen para kandidat untuk membangun negeri ini harus diwujudkan dalam rencana program-program konkret yang dipublikasikan ke masyarakat luas. Selain itu, bila masing-masing kandidat memublikasikan program-program konkretnya di berbagai bidang, akan muncul ruang-ruang untuk melakukan kritik antar sesama kandidat. Antar kandidat satu dengan kandidat lainnya bisa saling menyampaikan kritik, dengan menunjukkan kelemahan dari program yang ditawarkan kandidat pesaing, bukan lagi dalam ranah personalitas. Bila program seorang kandidat dikritik dari pesaing, maka kandidat tersebut harus melihat ulang program yang dibuatnya, lalu menjawab kritik dari pesaing, bahkan lebih baik bila melakukan kritik balik terhadap program yang ditawarkan pesaingnya di bidang yang sama.

Bila proses ini berlangsung, satu keuntungan utama yakni para kandidat akan berhati-hati dalam menyampaikan program yang kelihatannya sangat baik, tapi pencapaian sulit bahkan tidak realistis, sebab khawatir akan dikritik oleh kandidat lain. Apalagi bila kandidat lain bisa menawarkan program yang lebih realistis implementasinya dan membawa kemaslahatan bagi rakyat banyak. Dengan demikian, para kandidat akan berusaha keras menyusun program-program terbaiknya dan realistis dicapai. Kondisi inilah yang ditunggu. []